

Kisah Tol Laut dari Natuna, Wilayah Terdepan Indonesia – Pendapatan nelayan bisa kalahkan gaji bupati. Benarkah?
BATAM, SURYAKEPRI.COM – Hampir lima tahun Program Tol Laut dijalankan. Bentangan jalur transportasi laut secara khusus, yang ada sejak era pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla itu, ternyata banyak memunculkan cerita dan kisah dari anak bangsa di ujung Indonesia.
Di Kepulauan Riau, wilayah Kabupaten Anambas dan Kabupten Natuna merupakan wilayah terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terlintasi Tol Laut tersebut.
Konon, sembako yang semula hanya dimonopoli para toke (pengusaha), kini sudah bisa dipesan oleh warga biasa.
Baca: Mendagri Sebut Ibu Kota RI di Kaltim Bakal Mirip Putrajaya Malaysia
Baca: Rambu Larangan Parkir Diabaikan, Dishub Tanjungpinang Tak Ragu-ragu Gembok Mobil
Baca: Direksi PT Bintan Hotels hingga Konsultan Penggunaan Ruang Laut Diperiksa KPK di Batam
Bahkan nasib nelayan di pulau terluar itu menanjak tajam hingga mengalahkan gaji bupati. Tak percaya?
Berikut kisah penelusuran Suryakepri.com dari cerita warga maupun pejabat Natuna maupun Anambas, Kepri.
Bupati Natuna, Hamid Rizal, tak menggubris jarum jam yang ada di tangannya, meskipun acara diskusi di Batam, Kamis (22/08/2019) pagi itu sudah kembali mulai, setelah barang sejenak para peserta diberi kesempatan beristirahat menyeruput kopi.
Hamid memilih keluar ruangan dan mengepulkan asap di depan pintu lobi hotel Radisson, Batam itu.