Kemudian, SKM golongan II untuk HJE lebih dari Rp 1.275 dikenakan tarif sebesar Rp 470 per batang atau gram, naik 22,08% dari Rp 385. Untuk rokok HJE Rp 1.020-1.275 dikenakan cukai sebesar Rp 455 per batang atau gram, naik 22,97% dari Rp 370.
Sigaret Putih Mesin (SPM) golongan I dengan HJE paling rendah Rp 1.790 dikenakan cukai sebesar Rp 790, naik 26,40% dari Rp 625.
Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Putih Tangan (SPT) golongan I dengan HJE lebih dari Rp 1.460 dikenakan tarif cukai sebesar Rp 425, naik 16,44% dari Rp 365.
Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) dan Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) dengan HJE Rp 1.700 dikenakan cukai sebesar Rp 740, naik 25,42% dari Rp 590.
- BACA: INDEF Buat Kajian Tarif Cukai Rokok, Ini Celah yang Terungkap
- BACA: Rokok Berbagai Merek Diangkut Petugas BC Tanjungpinang dari Kios Milik SP
- BACA: Produsen Rokok Elektronik Vape Buka Toko di Citos
- BACA: Bos Perusahaan Ini Digerebek Istri Sah Saat Berduaan di Kamar Kos Bersama Wanita SPG Rokok
Selanjutnya, untuk rokok impor jenis SKM dengan harga jual eceran sebesar Rp 1.700 dikenakan cukai sebesar Rp 740.
Rokok SPM impor dengan harga jual eceran Rp 1.790 dikenakan cukai senilai Rp 790; Rokok SKT atau SPT impor dengan harga jual eceran Rp 1.461 dikenakan cukai sebesar Rp 425. Rokok SKTF/SPTF dengan HJE Rp 1.700 dikenakan cukai sebesar Rp 740.
Sementara itu jenis produk tembakau yang tidak membukukan kenaikan tarif cukai baru adalah tembakau iris, rokok daun, sigaret kelembek kemenyan, dan cerutu.
Mengapa golongan tersebut tidak naik? Hal itu karena pangsa pasar dan sumbangsihnya yang tergolong kecil dibandingkan dengan SPM, SKM, SKT dan SKTF.(*)