Friday, April 19, 2024
HomeLainnyaInternasionalDampak Corona, Singapura Dalam Ancaman Resesi Ekonomi

Dampak Corona, Singapura Dalam Ancaman Resesi Ekonomi

spot_img

SINGAPURA, SURYAKEPRI.COM  -Dampak wabah virus corona atau COVID-19 mengancam perekonomian Singapura. Negeri Merlion dalam ancaman resesi ekonomi.

Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, Senin (17/2/2020), mengumumkan telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya menjadi -0,5 hingga 1,5 persen.

Ini mengindikasikan kemungkinan resesi – karena prospek yang melemah setelah pecahnya wabah virus corona  (COVID-19).

MTI juga mengatakan pertumbuhan diperkirakan akan berada di sekitar 0,5 persen, titik tengah kisaran perkiraan. Pada bulan November, MTI memperkirakan ekspansi ekonomi antara 0,5 dan 2,5 persen untuk tahun 2020.

Kementerian perdagangan dan industri Singapura, mengatakan bahwa terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2001, ketika produk domestik bruto (PDB) setahun penuh mengalami kontraksi sekitar 1 persen.

Namun, pandangan dasar MTI pada saat ini untuk tahun 2020 adalah pertumbuhan PDB akan berada pada kisaran 0,5 persen.

Karena situasi Covid-19 masih berkembang, ada tingkat ketidakpastian yang signifikan atas panjang dan beratnya wabah, dan karenanya dampak keseluruhannya.

MTI juga mencatat bahwa ekonomi menyusut 0,3 persen pada kuartal kedua 2003, di tengah wabah sindrom pernapasan akut (SARS) yang parah. Pertumbuhan kembali naik ke rekor ekspansi 5,3 persen di kuartal ketiga, mengakhiri setahun penuh 2003 dengan pertumbuhan positif 4,5 persen.

Edward Robinson, wakil direktur pelaksana Otoritas Moneter Singapura (MAS), mengatakan bank sentral siap mengkalibrasi ulang kebijakan moneternya seandainya prospek ekonomi berubah secara signifikan sebagai akibat dari wabah tersebut.

Tetapi dia mengulangi komentar MAS pada 5 Februari bahwa ada ruang yang cukup dalam kebijakan saat ini untuk mengakomodasi pelonggaran nilai tukar efektif nominal dolar Singapura (S $ NEER) sejalan dengan melemahnya kondisi ekonomi.(*)

Editor: Eddy Mesakh | Sumber: Straits Times

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

POPULER