Dalam kebanyakan kasus, tubuh memperbaiki dirinya sendiri. Sistem kekebalan menghasilkan cukup antibodi untuk membersihkan virus, dan pasien pulih.
Pada akhir minggu pertama Deng di rumah sakit, demamnya telah mereda. Dia bisa makan makanan yang dikirimkan ibunya.
Pada 10 Februari, ketika selera makannya kembali, dia mencari foto-foto sate di daring dan mempostingnya dengan penuh harapan ke media sosial.
Pada 15 Februari, cairan tenggorokannya diambil dan hasil tes kembali negatif. Tiga hari kemudian, ia dites negatif lagi. Dia bisa pulang.
Deng bertemu ibunya sebentar di pintu masuk rumah sakit. Kemudian, karena Wuhan tetap terisolasi, tanpa taksi atau angkutan umum, dia berjalan pulang sendirian.
“Aku merasa seperti burung kecil,” kenangnya. “Kebebasanku telah dikembalikan kepadaku.”
Dia harus mengasingkan diri di rumah selama 14 hari. Suami dan putrinya tinggal bersama orangtuanya.
- BACA:Â Episentrum Corona Pindah ke Eropa, Italia Paling Parah, Indonesia 5 Meninggal
- BACA:Â China Bantu Korea dan Italia Melawan Wabah Virus Corona
Di rumah, dia membuang pakaiannya, yang telah dia kenakan sepanjang waktu di rumah sakit.
Sejak itu, ia menghabiskan waktu dengan bermain bersama kucingnya dan menonton televisi. Dia bercanda bahwa dia mendapatkan rasa pensiun dini.
Dia melakukan latihan pernapasan dalam setiap hari untuk memperkuat paru-parunya, dan batuknya telah memudar.
Pemerintah China telah mendesak pasien yang pulih untuk menyumbangkan plasma, yang menurut para ahli mengandung antibodi yang dapat digunakan untuk mengobati orang sakit. Deng menghubungi bank darah setempat segera setelah pulang.
Dia berencana untuk kembali bekerja segera setelah rumah sakit mengizinkannya.
“Bangsa itulah yang menyelamatkan saya,” katanya. “Dan kupikir aku bisa mengembalikannya kepada bangsa.”