
SURYAKEPRI.COM – Merasa sudah cukup karena telah melewati semua kebaikan dalam hidupnya, Suzanne Hoylaerts dari Lubbeek, Belgia, memilih untuk mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang-orang yang lebih muda.
Suzanne (90) menyadari bahwa alat bantu pernapasan atau respirator adalah barang seharga nyawa manusia di saat-saat serangan virus corona menggila di seluruh dunia.
Kelangkaan respirator telah menjadi faktor pendorong tingginya angka kematian di Eropa, di tengah wabah virus penyebab Covid-19 itu.
Oleh karena itu, Suzanne membuat pilihan luar biasa saat napas-napas terakhirnya. Dia menolak untuk menggunakan alat bantu pernapasan dari tim medis, karena dia merasa alat itu lebih dibutuhkan oleh pasien yang lebih muda.
Suzanne dilaporkan jatuh sakit dua minggu lalu dan meninggal karena Covid-19 pada 21 Maret 2020.
- BACA: Peneliti Ceko Kembangkan Respirator Menggunakan Printer 3 Dimensi
- BACA: Kibarkan Bendera Setengah Tiang, Italia Berkabung untuk 11.591 Jiwa yang Berpulang
- BACA: Di Tengah Wabah Covid-19, Menjahit Sendiri Masker Kini Viral di Eropa
Putrinya, Judith, membawanya ke dokter ketika dia mulai kehilangan nafsu makan dan merasa sesak napas.
“Dia menderita pneumonia dan dirawat di rumah sakit tahun lalu,” ujar putrinya kepada Het Laatste Nieuws.
Dia dibawa ke rumah sakit dan dokter mengatakan saturasi oksigennya terlalu rendah.