SURYAKEPRI.COM, BATAM – Pulau Batam yang saat ini mengalami kemarau yang berkepanjangan sehingga tampungan air baku di waduk-waduk menurun.
Penurunan tinggi muka air di waduk ini juga terkait dengan tingginya kebutuhan air bersih, baik untuk masyarakat maupun kawasan industri.
- Perbaiki Tata Kelola Air, DPRD Kepri Sebut Butuh Dukungan ATB
- Satuan Sabhara Polresta Barelang Turun Tangan Atasi Banjir di Depan Sukajadi Batam
Curah hujan rata-rata yang turun di Kota Batam juga mengalami penurunan, yaitu dari rata-rata 2.200-2.400 mm menjadi 1.800 mm.
Sehingga sangat berdampak terhadap ketahanan waduk dalam menyediakan air baku sesuai dengan kapasitas desainnya.
Badan Pengusahan (BP) Batam bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah melakukan usaha untuk menambah volume air baku di Pulau Batam.
Untuk pertama kalinya, wilayah Batam menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk mengisi cadangan air Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air baku Kota Batam.
Pada dasarnya hujan buatan merupakan aplikasi dari suatu teknologi. Hal ini dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti menambah curah hujan, mengurangi hujan es, dan mengurangi kabut.
Namun, di Indonesia, TMC biasanya digunakan untuk mengisi waduk, membasahi lahan gambut, memadamkan karhutla, atau mengurangi curah hujan penyebab banjir.