KUALA LUMPUR, SURYAKEPRI.COM – Istana Nasional Malaysia tunda pertemuan dengan para sekutu oposisi yang dipimpin Anwar Ibrahim.
Hal tersebut dikatakan oleh para pemimpin oposisi senior, Rabu (14/10/2020), di tengah pergolakan baru untuk jabatan perdana menteri negara itu.
Anwar pada Selasa bertemu dengan Raja Al-Sultan Abdullah untuk membuktikan bahwa dia memiliki mayoritas dukungan parlemen yang “meyakinkan” untuk membentuk pemerintahan baru.
Hal itu telah memicu gejolak politik baru hanya beberapa bulan setelah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin menggantikan Mahathir Mohamad yang mengundurkan diri.
BACA JUGA: |
Dalam sebuah pernyataan, para pemimpin oposisi Partai Aksi Demokratik (DAP) dan Amanah mengatakan mereka awalnya dipanggil untuk audiensi terpisah dengan raja.
“Namun, tadi malam sekretaris pribadi senior Yang Mulia memberi tahu kami bahwa kedua sesi dengan Yang Mulia telah ditunda,” bunyi pernyataan yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal DAP Lim Guan Eng dan Presiden Amanah Mohamad Sabu.
Mereka tidak mengatakan apakah telah ada penetapan jadwal baru untuk pertemuan itu.
Pada konferensi pers hari Selasa, Anwar Ibrahim mengatakan dia telah menyerahkan dokumen kepada raja untuk membuktikan bahwa dirinya mendapat dukungan dari lebih dari 120 anggota parlemen dari total 222 kursi parlemen.
Namun istana kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Anwar telah mengajukan sejumlah anggota parlemen yang dia katakan mendukungnya, tetapi bukan identitas pendukungnya.
Raja Malaysia memainkan peran yang sebagian besar bersifat seremonial, tetapi dia dapat menunjuk seorang perdana menteri yang menurutnya kemungkinan akan memimpin mayoritas. Pemerintah baru biasanya dipilih di Malaysia tetapi raja memainkan peran dalam kasus tertentu.
Awal tahun ini, di puncak perselisihan politik yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Mahathir Mohamad, raja menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri setelah bertemu dengan setiap anggota parlemen untuk mengetahui siapa yang mereka dukung.
Kritikus mengatakan Muhyiddin, yang bertahan dengan mayoritas dua kursi di parlemen, telah mencuri kekuasaan dengan menggeser aliansi alih-alih mendapatkannya di kotak suara.(*)