SURYAKEPRI.COM – Sebanyak sembilan ambulans, lengkap dengan dokter dan perawat, datang ke rumah Diego Maradona untuk menyelamatkannya.
Tetapi upaya pertolongan mereka gagal, karena sebenarnya sang legenda telah meninggal dunia sejak empat jam sebelumnya.
Legenda sepakbola Diego Armando Maradona (1960-2020) meninggal dunia akibat serangan jantung saat sedang tidur. Hal itu berdasar hasil otopsi terhadap jenazah almarhum.
Maradona meninggal dunia di usia 60 tahun pada Rabu (25/11/2020). Hasil otopsi menjelaskan bahwa Maradona meninggal karena gagal jantung akut, kongestif, dan kronis, yang menyebabkan edema paru akut.
Demikian informasi yang diperoleh media Argentina, La Nacion, berdasarkan hasil resmi.
BACA JUGA:
- Ternyata Presiden UEFA Sempat Hubungi Maradona Sebelum Meninggal
- Usai Kalahkan Olympiacos, Guardiola Bicara soal Cucu Diego Maradona
- Penghormatan untuk Maradona Sebelum Kick-off Semua Laga Liga Champions, Walikota Napoli Usul Ubah Nama Stadion San Paolo
Itulah kesimpulan yang dicapai Rabu malam oleh setengah lusin dokter forensik resmi dan seorang ahli yang mewakili keluarga, yang melakukan otopsi pada jenazah Diego Maradona di rumah sakit San Fernando untuk menentukan apa penyebab kematian idola sepak bola dunia itu.
Data yang paling menonjol adalah keberadaan dokter yang ditunjuk oleh keluarga untuk mengawasi prosedur secara ketat, yang dimulai setelah pukul 19.30 dan berlangsung hingga setelah pukul 10.30 malam.

Pada saat penelitian tersebut dilaksanakan, di sekitar rumah sakit, para fans menyanyikan teriakan “yang tidak melompat adalah orang Inggris” seolah-olah Maradona baru saja masuk ke lapangan sepakbola.
Itu juga mengenang gol “Tangan Tuhan” yang dicetak Maradona, sang kapten La Albiceleste pada perempat-final Piala Dunia 1986 antara Argentina vs Inggris yang dimenangkan Argentina dengan skor 2-1 untuk lolos ke semifinal.
Kementerian Umum San Isidro memanggil lima ahli forensik untuk melakukan otopsi. Yang melakukan proses otopsi adalah direktur Korps Medis Forensik San Isidro, Federico Corasaniti, rekannya dari Departemen Kehakiman San Martín, direktur Divisi Kepolisian Ilmiah dari kepolisian Buenos Aires dan dua forensik lainnya dari Korps Kedokteran Forensik Pengadilan San Isidro.
Kelima ahli forensik resmi ini didampingi oleh dokter keenam yang ditunjuk oleh keluarga.
Otopsi itu dilakukan untuk menentukan penyebab kematian. Nantinya akan dilengkapi dengan analisis toksikologi yang akan menentukan dalam seminggu, apakah ada konsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol.