SURYAKEPRI.COM – Saham Twitter Inc rontok sebesar 7 persen pada Senin (11/1/2021) setelah menutup akun Presiden AS Donald Trump.
Penurunan terjadi ketika beberapa anggota Partai Republik pada akhir pekan mengecam platform media sosial itu karena menutup salah satu pemilik akun yang paling banyak dilihat.
Akun Trump memiliki lebih dari 88 juta pengikut dan telah di-retweet miliaran kali.
“Trump memiliki pengikut yang sangat banyak dan setia dan banyak dari mereka akan hilang jika Trump secara permanen dilarang untuk memposting,” kata Andrea Cicione, kepala strategi di broker TS Lombard.
Platform media sosial lainnya, termasuk Facebook Inc, dengan cepat mengeluarkan larangan serupa terhadap presiden setelah kekerasan di Capitol Hill.
BACA JUGA:
- Trump Merasa Dicurangi, Tuding Surat Suaranya Dibuang, Tweet-nya Diblokir Twitter
- Twitter Nonaktifkan Tweet Presiden Trump Karena Gunakan Lagu Linkin Park
- Akhirnya Donald Trump Menyerah, Akui Joe Biden Akan Menjadi Presiden AS
Namun jatuhnya saham Twitter dalam perdagangan pra-pasar jauh lebih berat daripada platform media sosial lainnya.
Media AS juga melaporkan polisi San Francisco bersiap untuk kemungkinan protes oleh pendukung pro-Trump di luar markas Twitter pada hari Senin.
Twitter mengatakan pada hari Jumat bahwa penutupan akun Donald Trump karena risiko kekerasan lebih lanjut, setelah penyerbuan Capitol AS Rabu lalu.
Itu adalah pertama kalinya perusahaan tersebut melarang seorang kepala negara dan disertai dengan penangguhan akun milik fans Trump yang pedas.
Komisaris Uni Eropa Thierry Breton mengatakan peristiwa di Capitol kemungkinan akan menandai era regulasi media sosial yang lebih ketat, membandingkannya dengan tindakan keras global terhadap terorisme setelah serangan 11 September 2001.
“Fakta bahwa seorang CEO dapat menghentikan “pengeras suara” POTUS tanpa adanya check and balances adalah hal yang membingungkan,” tulisnya di kolom Politico.
Twitter, Facebook, dan Google telah menghadapi lonjakan biaya memoderasi konten di platform mereka dalam beberapa tahun terakhir, sejauh ini diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang mereka peroleh dari iklan dan layanan lainnya.
Presiden terpilih AS Joe Biden telah dikutip mengkritik “kesombongan yang luar biasa” dari para pemimpin sektor dan analis mengharapkan lebih banyak langkah hukum untuk melawan kekuatan Facebook dan lainnya selama empat tahun ke depan.
“Penambahan moderasi mungkin diterima, tapi itu tidak murah dan bisa menguntungkan Facebook, yang sudah mempekerjakan pasukan moderasi (sekitar enam kali) lebih besar dari tenaga kerja Twitter,” tulis analis Bernstein dalam sebuah catatan.
Twitter mengatakan pada Jumat, 8 Januari 2021, pihaknya telah secara permanen menangguhkan akun Presiden Donald Trump, dengan alasan risiko hasutan lebih lanjut untuk kekerasan menyusul serangan terhadap Gedung Capitol AS oleh para pendukungnya.
“Setelah meninjau secara cermat Tweet baru-baru ini dari akun @realDonaldTrump dan konteks di sekitarnya, kami telah secara permanen menangguhkan akun tersebut karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut,” kata perusahaan itu dalam sebuah posting blog.(*)
@realDonaldTrump, Twitter Tutup Akun Donald Trump, Saham Twitter Rontok, Facebook, Media Sosial, Presiden AS, Politik AS