Thursday, April 25, 2024
HomeBisnisFinanceWEF: Bersiaplah untuk Dunia Pascapandemi yang Semakin Timpang

WEF: Bersiaplah untuk Dunia Pascapandemi yang Semakin Timpang

spot_img

SURYAKEPRI.COM – Pukulan keras dan bertubi-tubi oleh pandemi Covid-19 dipastikan meninggalkan luka sangat dalam pada dunia. Masyarakat global diyakini tidak siap menghadapi ancaman eksistensial yang semakin meningkat.

Demikian peringatan Forum Ekonomi Dunia (WEF) melalui laporan terbaru mereka.  WEF menyatakan dunia semakin tidak setara dan juarang pemisah kaya-miskin yang sudah lebar akan semakin diperburuk oleh pandemi.

Implikasinya, menurut WEF, pasti akan menyebabkan meningkatnya ketegangan, kebencian, dan semakin memperumit tanggapan negara-negara terhadap perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, dan ketidakstabilan sosial.

BACA JUGA:

Laporan Risiko Global 2022 ( PDF ) – edisi ke-17 dari WEF yang dirilis pada Selasa (11/1/2022) memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi dari virus corona, yang sebagian besar mengandalkan peluncuran vaksinasi, telah memperdalam perpecahan antar bangsa dan masyarakat internasional secara umum.

“Dunia telah melalui banyak hal bersama, tetapi kita tidak pulih bersama: 2022 dimulai dengan setengah dari populasi masih belum divaksinasi dan rebound ekonomi yang tidak merata yang dapat memecah ekonomi global,” kata Emilio Franco, kepala risiko global WEF, kepada Al Jazeera.

Menurut laporan WEF, di 52 negara termiskin — rumah bagi 20 persen penduduk dunia — hanya 6 persen populasi yang telah divaksinasi (dibandingkan dengan 69,9 persen di negara-negara berpenghasilan tinggi).

“Inilah sebabnya Laporan Risiko Global kami memperingatkan divergensi global sebagai risiko utama; itu akan menciptakan ketegangan di dalam dan luar negeri pada saat masyarakat dan negara perlu bekerja sama untuk memulihkan kepercayaan dan membangun ketahanan di masa depan,” tambah Franco.

Selain itu, inflasi, gangguan rantai pasokan, melonjaknya utang dan proteksionisme mengarahkan ekonomi dunia ke perairan yang berombak.

Tantangan-tantangan ini diperparah oleh risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, meningkatnya ancaman serangan siber, migrasi massal, dan perlombaan eksplorasi ruang angkasa.

Pecahnya varian virus corona baru pada akhir 2021 telah mengonfirmasi apa yang ditakuti oleh banyak ekonom: Pemulihan ekonomi global sedang goyah dan gangguan apa pun bisa terjadi dengan konsekuensi jangka panjang.

Menurut WEF, pada tahun 2024, negara berkembang (tidak termasuk China) akan turun 5,5 persen di bawah perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pra-pandemi, sementara negara ekonomi maju akan melampauinya sebesar 0,9 persen.

WEF menekankan bahwa memulihkan kepercayaan dan mendorong kerja sama antar-negara akan sangat penting untuk mengatasi tantangan dan mencegah negara-negara dunia menjauh lebih jauh.

Kemiskinan ekstrem, transisi iklim, dan digitalisasi yang cepat

Laporan WEF didasarkan pada wawasan yang dikumpulkan dari hampir 1.000 ahli yang diminta untuk merenungkan tanggapan global terhadap pandemi dan merenungkan bagaimana para pemimpin dunia dapat mengatasi tantangan yang akan datang.

Sekitar 84 persen dari mereka yang ditanya mengatakan bahwa mereka khawatir tentang ke mana arah dunia ini.

Laporan ini juga diambil dari perspektif lebih dari 12.000 pemimpin tingkat negara dari 124 negara yang mengidentifikasi risiko kritis.

Erosi kohesi sosial menduduki peringkat sebagai ancaman jangka pendek teratas di 31 negara — termasuk Argentina, Prancis, Jerman, Meksiko, dan Afrika Selatan dari blok negara-negara Kelompok 20.

Menurut WEF, sekitar 51 juta lebih banyak orang diproyeksikan hidup dalam kemiskinan ekstrem dibandingkan dengan tren pra-pandemi.

Transisi yang tidak teratur ke kebijakan ramah iklim kemungkinan akan memisahkan negara-negara dan menciptakan hambatan di antara mereka.

Melalui laporannya, WEF memperingatkan bahwa pergeseran dari industri padat karbon akan menyebabkan volatilitas ekonomi dan memperdalam pengangguran.

Ketergantungan yang tumbuh pada sistem digital, yang telah tumbuh pesat selama pandemi, telah mengubah dunia selamanya. Dan dunia tidak siap: Pada tahun 2020, serangan malware dan ransomware masing-masing meningkat 358 persen dan 435 persen.

Satu hal yang ditunjukkan oleh pandemi adalah tidak ada negara yang kebal terhadap gangguan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Itulah sebabnya pemerintah di setiap negara harus memprioritaskan investasi dalam mempersiapkan berbagai tantangan yang menanti mereka.

Ini, kata WEF, berarti mengatasi tantangan kebijakan berskala besar, membangun ketahanan terhadap kesehatan masyarakat dan guncangan iklim di masa depan, dan mendorong partisipasi sektor swasta yang lebih besar dalam menemukan solusi.(*)

Editor: Eddy Mesakh | Sumber: Al Jazeera

WEF, Pandemi, Covid-19, Virus Corona, Ekonomi Global, Ketimpangan, Negara Kaya-Miskin, Suryakepri.com 

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

POPULER