SURYAKEPRI.COM – Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek tinggal menghitung hari. Bagaimana tidak, 1 Febuari 2022 warga Tionghoa akan merayakannya dengan penuh hikmat.
Biasanya, dalam merayakan Tahun Baru Imlek, warga etnis Tionghoa akan berkunjung ke kediaman sanak saudara dan makan malam bersama. Ketika itu pula akan hadir beberapa sajian wajib saat Imlek.
Namun apa kalian tahu bahwa ada makanan yang tidak boleh untuk disajikan, karena orang Tionghoa mempercayai ada makanan-makanan pembawa nasib buruk atau kesialan yang tidak boleh dihidangkan.
Sarat akan makna dan budaya, Imlek bukan sekadar perayaan hari besar saja. Saat Imlek berlangsung, aturan atau pakem-pakem tertentu juga harus dijalani dengan hati-hati.
Baca juga:
- 6 Warna Cat Rumah yang Dipercaya Membawa Hoki di Tahun Macan Air
- Sejumlah Tradisi Unik Saat Perayaan Imlek, Ada Kue Keranjang dan Bagi-bagi Angpao Lho
- Besok 29 Januari, Matahari Bakal Terbenam Lebih Lambat Khusus Daerah Jogja dan Cilacap, Ini Penjelasan LAPAN
Lalu apa saja makanan yang dilarang dikonsumsi saat perayaan imlek dan disimbolkan sebagai kematian? Berikut sejumlah rangkuman yang dikutip melalui Wikipedia, Jumat (28/1/2022).
1. Bubur
Saat memasuki waktu pagi di hari Imlek, ada satu menu sarapan yang paling digemari tetapi wajib dihindari. Semangkuk bubur yang hangat ternyata masuk ke dalam daftar makanan yang tidak boleh disajikan saat perayaan Imlek.
Hal ini karena bubur dipercaya oleh keturunan Tionghoa sebagai simbol kemiskinan. Tidak menyajikan atau menyantap bubur saat Imlek dipercaya dapat menangkal kemiskinan yang melanda saat memasuki tahun baru.
2. Sayap ayam
Seekor ayam utuh yang disajikan di atas meja makan saat perayaan Imlek dipercaya sebagai lambang kesehatan saat memasuki tahun yang baru. Tetapi berbeda dengan sayap ayam yang disajikan terpisah dengan seekor ayam secara utuh.
Konsumsi sayap ayam saat Imlek dipercaya dapat membawa keberuntungan terbang jauh bersama makanan yang disantap. Tidak hanya sayap ayam, tetapi menyajikan semua sayap unggas dianggap memiliki arti yang sama yaitu membawa keberuntungan pergi jauh.
3. Lobster dan Kepiting
Punya rasa yang nikmat dan cocok disantap bersama keluarga tetapi cara hidup lobster menjadi permasalahan yang membuatnya dilarang untuk dikonsumsi. Lobster diketahui berenang dan bergerak dengan arah mundur bukan maju ke depan.
Bergeraknya lobster dengan cara mundur dianggap dapat membawa kemunduran atau kegagalan pada hidup orang yang mengonsumsinya. Seluruh hewan yang berjalan mundur tidak boleh dikonsumsi saat perayaan Imlek karena dianggap tidak dapat memberikan kesuksesan pada hidup seseorang.
Sementara untuk larangan kepiting untuk dinikmati saat Imlek ini memiliki hubungan dengan cara jalannya. Saat hidup, kepiting berjalan miring dan tidak maju. Hal ini dianggap akan berdampak bagi siapa saja yang mengonsumsinya saat perayaan Imlek.
Makan kepiting saat Imlek dinilai tidak akan memberikan kemajuan atau kesuksesan dalam hidup. Walaupun rasanya enak dan cocok untuk dinikmati bersama keluarga tetapi kepiting akan menjadi bahan makanan yang tidak akan pernah disajikan di atas meja makan saat perjamuan perayaan Imlek bersama keluarga.
4. Makanan berjumlah ganjil
Saat merayakan makan malam menyambut Imlek, menurut kepercayaan orang Tionghoa sangat dilarang untuk menyajikan makanan berjumlah ganjil. Minimal makanan harus disajikan dalam hitungan genap.
Tetapi walaupun disarankan menyajikan makanan dalam jumlah genap sangat pantang bagi keturunan Tionghoa menyajikan makanan berjumlah 4. Termasuk ke dalam angka genap, angka 4 dipercaya sebagai angka kematian atau pembawa nasib buruk dalam budaya Tionghoa.
5. Makanan putih
Segala hal yang berwarna putih dilarang untuk digunakan atau dinikmati saat perayaan Imlek, termasuk makanan. Makanan berwarna putih seperti susu, tahu, dan yang lainnya dikatakan harus dihindari selama perayaan Imlek.
Makanan yang berwarna putih dianggap sebagai salah satu simbol kematian karena warnanya yang putih. Warna putih memiliki arti yang buruk menurut kepercayaan Tionghoa yaitu kematian, kehilangan, hingga nasib yang buruk. (*)
Sumber: rri.co.id