
SURYAKEPRI.COM – Umat Buddha merayakan Hari Suci Waisak tahun ini pada 16 Mei. Waisak merupakan salah satu hari besar untuk pemeluk agama Buddha. Dirangkum berbagai sumber, sejarah singkat perayaan Hari Waisak memiliki makna penting bagi setiap penganutnya.
Tak sekadar perayaan, Hari Waisak juga merupakan momentum peringatan tiga peristiwa penting yang disebut sebagai Tri Suci Waisak, mengenai hal berikut:
1. Kelahiran Pangeran Siddharta
Pangeran Siddharta adalah seorang putra dari pasangan Sudodhana dan Ratu Mahamaya yang lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi.
Kelahiran Pangeran Siddharta ini untuk menjadi seorang Bodhisattva atau calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.
2. Siddharta Mencapai Penerangan Agung
Pada usia 29 tahun, Pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari kebebasan dari umur tua, sakit, dan mati, pada saat Purnama Sidhi bulan Waisak 588 sebelum Masehi.
Di bulan tersebut Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung sehingga mendapat gelar sebagai Buddha.
3. Pencapaian Parinibbana
Ketika menginjak usia 80 tahun, Sang Buddha wafat dan mencapai parinibbana di Kusinara pada 543 sebelum Masehi. Para pengikutnya melakukan sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.
Sejarah Singkat Perayaan Hari Waisak
Penelusuran sejarah singkat perayaan Hari Waisak yang dirangkum berbagai sumber, Waisak sudah berlangsung sejak sebelum abad ke-19 dan dilaksanakan tertutup di vihara.
Di akhir abad ke-19, perayaan Waisak mulai bergeser karena ada pengaruh gerakan modernisasi yang berawal dari negara Sri Lanka, lalu masuk ke Asia Timur dan Tenggara.
Umat Buddha Sri Lanka meminta agar Hari Suci Waisak diakui secara resmi seperti hari-hari besar keagamaan lain.
Keputusan merayakan Tri Suci diresmikan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia atau World Fellowship of Buddhists (WFB) pertama di Sri Lanka pada 1950.