Saturday, October 5, 2024
HomeLainnyaNasionalMenjaga Keragaman Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

Menjaga Keragaman Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0

spot_img

SURYAKEPRI.COM – Era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital, Internet of Things , serta kecerdasan buatan (AI) memiliki tantangan sosial seperti meningkatnya individualisme dan fanatisme terhadap kelompok tertentu.

Hal ini dipaparkan Irjen Pol Andry Wibowo, Staf Ahli Ideologi dan Konstitusi KemenkoPolhukam RI dalam acara Sosialisasi Empat Pilar yang digelar di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Senin (9/9/2024).

Andry berharap generasi muda mampu menjaga keberagaman, membangun patriotisme, dan nasionalisme. Peran guru dalam pendidikan sangat penting, khususnya dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila serta semangat juang para pahlawan. “Kegiatan Pramuka, misalnya, dinilai sebagai wadah efektif untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan menjaga persatuan bangsa,” tutupnya.

Sosialisasi Empat Pilar yang digelar di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Senin (9/9/2024).
Sosialisasi Empat Pilar yang digelar di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Senin (9/9/2024).

“Dengan menjaga keberagaman serta mengantisipasi tantangan era teknologi, Indonesia diharapkan tetap bersatu dan tangguh di masa depan,” pungkasnya

Membawakan materi Bhineka Tunggal Ika bersama sejumlah pejabat tinggi negara termasuk Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Irjen Andry Wibowo menjelaskan, pada Era Revolusi Industri 3.0 yang ditandai kehadiran komputer dan kemajuan komunikasi mengantarkan dunia pada era informasi dan konektivitas global yang memiliki tantangan tersendiri

“Era ini melanjutkan perjalanan panjang revolusi industri sebelumnya, yang telah membawa perubahan signifikan dalam peradaban manusia,”.

Menurut Andry, revolusi Industri 1.0 yang berfokus pada penggunaan tenaga otot, air, dan angin menandai kelahiran negara seperti Amerika Serikat.

Sementara itu, Revolusi Industri 2.0 dengan penemuan listrik mendorong ekspansi industri dan kolonialisasi ke berbagai belahan dunia.

Pada era Revolusi Industri 3.0, kehadiran komputer dan kemajuan komunikasi mengantarkan dunia pada era informasi dan konektivitas global yang erat. “Ini turut mempengaruhi gerakan kemerdekaan di berbagai negara, termasuk Indonesia,” tuturnya.

Saat ini, revolusi Industri 4.0 menghadirkan tantangan baru, di mana teknologi tidak hanya menjadi alat penting, tetapi juga berpotensi menggantikan peran manusia dalam berbagai sektor pekerjaan. “Generasi mendatang akan dihadapkan pada persaingan dengan teknologi,” terang dia.

Tak hanya itu, dampak sosial seperti meningkatnya individualisme dan fanatisme terhadap kelompok tertentu juga menjadi perhatian, terutama dalam konteks multikulturalisme Indonesia yang beragam.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang strategis, memiliki keragaman etnis, agama, dan keyakinan yang harus dijaga. Namun, keterbukaan terhadap produk dan budaya asing juga menjadi tantangan tersendiri. “Hal ini tercermin dari bagaimana Indonesia menerima produk-produk dari negara-negara yang pernah menjajahnya,” sambung dia.

Andry melihat tantangan ke depan juga meliputi isu keberagaman gender, orientasi seksual, dan potensi konflik yang dapat timbul akibat perbedaan ras serta keyakinan. “Belajar dari negara-negara seperti Yugoslavia, yang terpecah karena konflik internal, Indonesia harus waspada agar tidak mengalami hal serupa,” himbaunya.(*)

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

POPULER